KELAYAKAN PEGAS DAUN DALAM PENERIMAAN BEBAN OPTIMAL

Dalam menjalankan sebuah bisnis, salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah bagaimana seorang pemimpin atau pemilik bisnis menentukan arah atau strategi pemasaran untuk bisnisnya. Mengapa demikian? Karena, perencanaan untuk strategi pemasaran akan menjadi ujung tombak sekaligus penentu utama dari sukses tidaknya sebuah peluang bisnis. Oleh sebab itu, langkah-langkah dalam membuat strategi pemasaran sangatlah penting demi memaksimalkan kinerja bisnis tersebut. Strategi pemasaran tersebut dapat meliputi tahapan yang akan dilaksanakan dalam bisnis untuk menarik minat para konsumen. Berikut adalah beberapa langkah membuat strategi pemasaran yang perlu dipersiapkan. Pertama, mental. Sikap mental yang baik dari pelaku bisnis sangat dibutuhkan dalam berbisnis. Sebab, membuka bisnis sama halnya dengan membuka faktor resiko. Para pelaku bisnis yang tidak mampu menanggung resiko tentu saja akan menemukan sebuah kesulitan atau kendala dalam memajukan bisnisnya. Kedua, selektif Dalam Membuat Keputusan. Memilih jenis bisnis apa yang akan dijalankan tentu saja tidak dapat sembarangan, semuanya itu membutuhkan pertimbangan. Faktor resiko juga perlu menjadi pertimbangan. Selain itu, peluang yang ada, persaingan, keadaan lingkungan sekitar tempat bisnis juga harus menjadi pertimbangan yang dimatangkan sebelum memilih jenis bisnis yang akan Anda jalankan. Ketiga, menyusun strategi bisnis. Poin yang satu ini merupakan tonggak atau penentu utama dari bisnis Anda. Sama halnya dengan Anda menentukan akan dibawa kemana bisnis tersebut ke depannya. Untuk memulai langkah-langkah dalam membuat sebuah stretegi pemasaran bisnis, yang harus Anda matangkan sebagai strategi bisnis adalah :  Penawaran Produk atau Promosi Langkah ini merupakan strategi jitu untuk memasarkan produk bisnis Anda. Dengan melakukan tahapan promosi yang baik, hal itu tentu saja akan menarik minat konsumen terhadap bisnis yang Anda jalankan. Promosi yang tetap mengutamakan kenyamanan sebagai bagian dari target bisnis. Namun, tidak terkesan mengganggu maupun memaksakan target penjualan. Promosi yang sehat dan bisa menarik konsumen dengan cara penawaran yang santun tentu akan lebih disukai.  Tingkat Kreativitas Dalam melakukan sebuah promosi, tingkat kreativitas dari pelaku bisnis tentu sangat berpengaruh. Jika cara berpromosi yang Anda lakukan sama dengan bisnis-bisnis lainnya, tentu saja ketertarikan dari para konsumen tidak akan maksimal. Namun sebaliknya, jika Anda menambahkan unsur kreatif dalam bisnis, seperti tertuang dalam desain label dan juga spanduk yang berbeda dan lebih kreatif dari lainnya tentuy saja dapat menarik perhatian target pasar Anda.  Inovatif Pembaruan demi pembaruan tentu saja sangat dibutuhkan untuk terus menerus menarik minat konsumen. Jika strategi pemasaran yang Anda lakukan dari waktu ke waktu begitu-begitu saja maka dapat dipastikan bahwa konsumen Anda akan mengalami kebosanan. Namun, jika strategi yang Anda gunakan selalu memberikan inovasi-inovasi yang membangun, tentu konsumen akan terus tertarik pada bisnis Anda. Keempat, evaluasi. Setelah Anda menjalankan beberapa langkah dalam membuat strategi pemasaran yang baik, dan bisnis sudah mulai berjalan. Sekarang sudah saatnya Anda melakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran yang telah dijalankan. Hasilnya strategi tersebut efektif atau tidak dan berhasil secara optimal atau tidak. Dengan begitu, mudah bagi para pelaku bisnis untuk mengetahui letak kelemahan dan juga kekuatan dari bisnis Anda tersebut. Kesuksesan dalam menjalankan bisnis tidak terlepas dari strategi pemasaran maupun promosi dari perusahaan. Semoga informasi tersebut diatas bermanfaat. Sumber gambar : http://cdn.business2community.com/wp-content/uploads/2014/04/160910423-1.jpg

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

ANALISIS RISIKO PEMASANGAN PIPA BAJA PADA PT BALI GRAHA SURYA

Fitria Devi Anggraini, Ni Luh Put Hariastuti http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/1872 ABSTRAK Risiko menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap aktivitas perusahaan sehingga cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mengantisipasi dan melindungi diri terhadap risiko. Permasalahan yang terjadi pada PT BALI GRAHA SURYA adalah pada proses welding dan welding inspection, stringing pipa, dan trenching pipa di mana risiko yang terjadi memengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karyawan dan juga memengaruhi lama waktu penyelesaian proyek. Dalam penelitian ini digunakan konsep manajemen risiko untuk menganalisis risiko operasional, di mana konsep tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi, mengawasi, dan mengkomunikasikan kejadian risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas yang terjadi di perusahaan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa risiko yang ada pada proses welding dan welding inspection adalah risiko terbakar, bahaya sinar UV dari pengelasan, bahaya panas, bahaya percikan api las, kejatuhan pipa dan tersetrum mesin las dengan total indeks risiko sebesar 9,324. Stringing pipa memiliki risiko tertimpa dan terjepit pipa dengan total indeks risiko sebesar 8,481 dan Trenching pipa memiliki risiko tanah longsor pada bantaran dengan total indeks risiko sebesar 8,092. Tindakan untuk penanganan risiko tersebut adalah mewajibkan pekerja menggunakan APD, memeriksa semua kondisi isolasi untuk mengetahui kondisi alat yang akan digunakan, bekerja sesuai dengan SOP, memasang dinding pengaman galian, dan penempatan tanah bekas galian minimal 1 meter dari bibir galian.Kata kunci: risiko, keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen risiko. Risiko adalah probabilitas suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian ketika kejadian itu terjadi selama periode tertentu dan pengaruhnya dapat diukur dengan mengalikan frekuensi kejadian dan dampak dari kejadian tersebut (Mills, 2001). PT BALI GRAHA SURYA merupakan salah satu perusahaan di Surabaya yang bergerak dalam bidang konstruksi perpipaan minyak dan gas bumi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan konstruksi mengalami keterlambatan karena banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi sehingga memengaruhi anggaran biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Peran manajemen risiko dalam proyek konstruksi pipa gas adalah hal yang sangat penting karena keberhasilan suatu proyek tidak dapat dipisahkan dari mekanisme kontrol terhadap risiko pada proyek. Tujuan utama dari manajemen risiko dalam proyek pipa adalah untuk meminimalkan dampak kerugian akibat dari suatu risiko pada perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi variabel-variabel risiko yang memengaruhi pelaksanaan proyek konstruksi pipa gas; mengetahui risiko-risiko yang dominan terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), waktu, dan biaya; serta memberikan solusi untuk mengendalikan risiko yang dominan. Alur pemecahan masalah sangat diperlukan dalam usaha mendukung proses penelitian. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:1. Tahap Persiapan, 2. Tahap Pengumpulan Data, 3. Tahap Pengolahan Data,4. Tahap Analisis Data. Dari analisis respons risiko pada 3 variabel risiko yang paling dominan untuk diprioritaskan diperbaiki, maka dapat dijabarkan upaya perbaikan sebagai usaha untuk mengurangi dampak kerugian yang dialami oleh perusahaan. Berdasarkan hasil penilaian risiko, variabel risiko nomor 12 yaitu bahaya terbakar, sinar UV dari pengelasan, bahaya panas, bahaya percikan api las, bahaya kejatuhan pipa, fume atau asap logam, tersetrum mesin las dengan total nilai indeks risiko terbobot sebesar 9,324. Proses mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan saling memperingatkan antar pekerja untuk selalu menggunakan APD yang sesuai, memeriksa semua kondisi isolasi untuk mengetahui kondisi alat yang akan digunakan, bekerja sesuai dengan SOP, dan berhati-hati dalam bekerja. Urutan tertinggi kedua yaitu variabel risiko nomor 6 yaitu risiko tertimpa dan terjepit pipa padaproses stringing pipa dengan total nilai indeks risiko terbobot sebesar 8,481. Penyebab terjadinya risiko tersebut adalah pekerja tidak menggunakan APD, dan penempatan pipa yang tidak aman. Proses mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan saling memeringatkan antar pekerja untuk menggunakan APD yang sesuai, bekerja sesuai dengan SOP, dan berhati-hati dalam bekerja. Urutan tertinggi ketiga yaitu variabel risiko nomor 9 yaitu kondisi tanah yang labil mengakibatkan keruntuhan pada bantaran sungai dengan total nilai indeks risiko terbobot sebesar 8,092. Penyebab terjadinya risiko tersebut adalah kondisi tanah yang lembek dan tidak adanya penahan dinding. Pengendalian risiko tersebut adalah dengan cara memasang dinding pengaman galian, penempatan tanah bekas galian minimal 1 meter dari bibir galian dan pemasangan rambu-rambu pengaman. Meskipun begitu kemungkinan tanah longsor tetap ada tapi kecil kemungkinannya, maka dari itu perusahaan mengambil respons untuk menerima karena risiko ini berkaitan dengan kondisi alam. Variabel-variabel risiko yang relevan terhadap pelaksanaan proyek konstruksi pipa gas pada PT BALI GRAHA SURYA sejumlah 36 variabel risiko. Terdapat 3 variabel risiko yang paling dominan memengaruhi kegiatan konstruksi yaitu (1) bahaya terbakar, sinar UV dari pengelasan, bahaya panas, bahaya percikan api las, bahaya kejatuhan pipa, fume atau asap logam, tersetrum mesin las; (2) risiko tertimpa dan terjepit pipa pada proses stringing pipa; (3) kondisi tanah yang labil yang mengakibatkan keruntuhan pada bantaran sungai. Berdasarkan atas variabel dominan yang dipilih untuk diprioritaskan, maka solusi untuk mengendalikan risiko adalah mewajibkan pekerja untuk menggunakan APD yang sesuai, memeriksa semua kondisi isolasi untuk mengetahui kondisi alat yang akan digunakan, bekerja sesuai dengan SOP, memasang dinding pengaman galian, dan penempatan tanah bekas galian minimal 1 meter dari bibir galian. DAFTAR PUSTAKA Alijoyo, A., 2006. Enterprise Risk Management, Ray Indonesia, Jakarta. Hanafi, M. M., 2009. Manajemen Risiko, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Heldman, K., 2005. Project Manager’s Spotlight on Risk Management, Harbor Light Press, Alameda. Labombang, M., 2011. Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi, Jurnal SMARTek, 9 (1), 39–46. Mills, A., 2001. A System Approach to Risk Management for Construction, Structural Review, 19 (5), pp. 245–456. Prabowo, I.A., dan Singgih, M.L., 2009. Manajemen Risiko pada Proyek Relokasi Pipa 28” PT. Pertamina Gas Area Jawa Bagian Timur, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X, Program Studi MMT-ITS, Surabaya. Prihandono, E., dan Wiguna I.P.A., 2010, Analisis Risiko Kegiatan Operasional Bongkar Muat Petikemas di Dermaga Nilam Timur Multipurpose Pelabuhan Cabang Anjung Perak Surabaya, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI, Program Studi MMT -ITS, Surabaya. Dewi, E.S., 2008. Analisa Risiko Pada Pelaksanaan Proyek Pembangunan Box Culvert di Surabaya, Tugas Akhir, Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, http://digilib.its.ac.id/public/its-undergraduate-16960-3107100003-paper.pdf, diakses 26 Maret 2013. Soeharto, I., 2001. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga, Jakarta. Standards Australia/Standards New

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

ANALISIS PERBAIKAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL

SRI RAHAYUNINGSIH http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/2081 ABSTRAK Kondisilingkungankerja yang baikakanmenunjangpekerjadalammelakukankerja yang maksimal. Faktor-faktorsepertitemperatur, kebisingan, danvibrasidapatmeningkatkantekananpsikologispekerjadanmemengaruhikinerjapekerja. PR RezekiAbadimerupakanperusahaanrokok yang menggunakantenagamanusiadalammenjalankanproduksinyamulaidari proses pencampuranbahan–bahandasar(tembakau, saosdancengkeh) sampaidengan proses finishing. Berdasarkanhasilpengukuran, temperature dantingkatkebisinganpadabagianpencampuranlebihtinggidarikondisi normal sehingga operator di bagianpencampuranmerasakanbebanpsikologis yang tinggidanseringmelakukankesalahanpadaproses pencampuran. Tujuandalampenelitianiniadalahmelakukanperbaikankondisilingkungankerjadi bagianpencampurantembakaudanmelakukanpengukuranbebankerja mental denganmetode SWAT untukmengetahuipengaruhperbaikankondisilingkungankerjatersebut.Berdasarkanhasilperbaikankondisilingkungankerjadenganmenambahkan blower danpenggunaantutuptelinga, didapatkankondisilingkungankerja yang sesuaidenganstandaryaitutemperatur 25–27°C dantingkatkebisingan 75dB.Hasilpengukuranbebankerjadenganmetode SWAT menunjukkan rata-rata skalabebankerjadibawah40 sehinggabebankerjatermasukdalamkategoriringansetelahdilakukanperbaikankondisilingkungankerja. Kata kunci: bebankerja mental, lingkungankerja, pengukuransubjektif, SWAT Pengukuranbebankerja mental dapatdilakukandenganduacarayaitupengukuransecaraobjektifdansubjektif. Pengukuranbebankerja mental secarasubjektifmerupakanteknikpengukuran yang paling banyakdigunakankarenamempunyaitingkatvaliditas yang tinggidanbersifatlangsungdibandingkandenganpengukuran lain (SimanjutakdanSitumorang, 2010).MenurutWidyantidkk.(2010), salahsatumetodepengukuranbebankerja mental secarasubjektif yang banyakdiaplikasikan di Indonesia adalahSubjective Workload AssessmentTechnique (SWAT).Dalampenerapannya, SWAT akanmemberikanpenskalaansubjektifyang sederhanadanmudahdilakukanuntukmengkuantitatifkanbebankerjadariaktivitasyang harusdilakukanolehpekerja. makatujuandalampenelitianiniadalahmelakukanperbaikankondisilingkungankerja dibagianpencampurantembakaudanmelakukanpengukuranbebankerja mental denganmetodeSWAT untukmengetahuipengaruhperbaikankondisilingkungankerjatersebut. Pengukuranbebankerja mental pada operator di bagianpencampurantembakaudenganmetodeSWAT memiliki 2 tahapanprosedur, yaitutahappenskalaan (scale development) dantahappemberiannilai (event scoring).Perbandinganhasilpengukuranbebankerjasebelumdansesudahperbaikanlingkungankerjadenganmetode SWAT dapatdilihatdariTabel5 dan 8.Setelahdilakukanperbaikankondisilingkungankerja, bebankerjasetiap operator mengalamipenurunandarikategoriberatmenjadiringanpadakeduaelemenpekerjaanyang ada.Padaelemenpekerjaanpencampurankomposisitembakau, rata-rata skalabebankerjasebesar 76,733 padakondisiawallingkungankerjadansebesar 33,56 setelahdilakukanperbaikankondisilingkungankerjaataudengankata lain terjadipenurunanbebankerjasebesar76,29%. Elemenpekerjaanberikutnya di bagianpencampuranadalahpencampurankomposisicengkeh.Hasilpengukuranbebankerjadenganmetode SWAT memberikanskalasebesar 63,3padakondisiawaldan 26,56 setelahdilakukanperbaikankerjaataudengan kata lain terjadipenurunanbebankerjasebesar 62,88%. Kondisilingkungankerjamenjadilebihbaikdanlebihnyamandenganadanyapenambahanblower danpenggunaanearplug (penutuptelinga) sehinggadapatmenurunkanbebankerjaoperator di bagianpencampurantembakau PR RezekiAbadi.Berdasarkanpengukuranbebankerjadenganmetode SWAT, rata-rata bebankerja operator pencampurantembakausebelumdilakukanperbaikankondisilingkungankerjatermasukdalamkategoriberat. Setelahdilakukanperbaikankondisilingkungankerja, rata-rata skalabebankerja di bawah 40 sehinggabebankerjatermasukdalamkategoriringan. DAFTAR PUSTAKA Purwaningsih, R., danSugianto, A., 2007.AnalisisBebanKerja Mental DosenTeknikIndustriUndipdenganMetode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT), J@TI Undip, II (2), 28–39. Reid, G.B., Potter, S.S., and Bressler, J.R., 1989, Subjective Workload Assessment Technique (SWAT): A User’s Guide (U), Interim Report, Harry G. Armstrong Aerospace Medical Research Laboratory, Human System Division Air Force System Command Wright-Patterson Air Force Base, Ohio. Simanjutak, R.A., danSitumorang, D.A., 2010. AnalisisPengaruh Shift KerjaTerhadapBebanKerjadenganMetode Subjective Workload AssesmentTechnique (SWAT), JurnalTeknologi, 3 (1), 53-60. Widyanti, A., Johnson A., dan De Waard, D., 2010. PengukuranBebanKerja Mental dalamSearching Task denganMetode Rating Scale Mental Effort (RSME), J@TI Undip, V (1), Wignjosoebroto, S. danZaini, P., 2003, StudiErgonomiKognitifuntukbebanKerja Mental Pilot dalamPelaksanaanProsedurPengendalianPesawatdenganMetode SWAT, JurnalIlmiahSainsdanTeknologi ITS, 2 (2).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

ANALISA PERILAKU KONSUMEN DAN NILAI KOMIK JEPANG

DJUDIYAH http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/657 ABSTRAK Penelitianinibertujuanuntukmenganalisadanmenjelaskanmotivasidanmacam-macamnilaidariKomikJepang.Metode yang digunakanuntukpenelitianiniadalahpenelitiankuantitatif.Subyekpadapenelitianadalah 35 siswaSekolahMenengahPertama di Malang, dimanadigunakanteknik sampling insidental.Instrumenuntukmengumpulkan data adalahkuesioner.Metodeanalisa data adalahdeskriptifkuantitatif.Hasilpertamadaripenelitianiniadalah factor motivasinyaadalahkebutuhansosial, kebutuhanegoistik, aktualisasidiridankebutuhan rasa aman.Kedua, nilaidarikomikjepangadalahgambardanbahasa yang digunakandalamkomikjepangmudahdimengerti, topiknyabervariasidankebanyakansamadenganbudaya Indonesia dankadangceritanyalebihrealistikdanharganyalebihmurahdibandingkomikAmerika. Kata kunci: perilakukonsumen, nilai, komikjepang Kebutuhankonsumenakanmendorongdanmengarahkanindividuuntukbertindak. Kondisisemacaminidisebutdenganmotivasi.Motivasidigambarkansebagaidorongan yang sangatkuatdalamdiriindividuuntukbertindak.Nilaiatauvalue jugamerupakanaspekpenting yang dapatmembuatkonsumenpuasserta loyal atausetiaterhadapprodukataujasa.Nilaiatauvaluediartikansebagaiselisihantaranilaipelanggan total danbiayapelanggan total. Editor komik PT. Indira Publishing yang mengungkapkanbahwakehadirankomik-komikJepangseperti: Doraemon, Kungfu Boy ataupunSailor Moon ternyatamampumengalihkanperhatiananak-anakdarikomikasing lain seperti Tin-tin atauLucky Luke (Republika, 24 Agustus, 1997). AnakanakmenjadilebihmenyukaikomikJepangdaripadakomik-komikasinglainnya.DemikianbesarkonsumenkomikJepangini, sehinggasebuahmajalahanak-anak yang cukuppopulerpunharusmemuatkomikJepang agar laku (Kompas, 5 Pebruari 1998).KomikJepangpadaakhirnyamerajalela.Kenyataaninimenimbulkanpentanyaan, mengapaanak-anakdanremajasangatmenyukaikomikJepangbiladibandingkandengankomik yang berasaldariEropa, Amerikamaupundari Indonesia sendiri (lokal). Penelitianinimerupakanpenelitiankuantitatif.Penelitianinidimaksudkanuntukmengetahuimotivasisertanilai (value) lebih yang dipersepsikandandirasakanolehremajaketikamerekamenyewa, membaca, membeliataupunmengkoleksikomikJepang.Populasidalampenelitianiniadalahsiswa SLTP yang menjadipelangganpersewaankomik ”Tumapel Agency” di Singosari Malang. Sampelpenelitianiniberjumlah 35 orang yang diambildenganteknikIncidental Sampling.Metodepengumpul data yang digunakandalampenelitianiniadalahkuesioner.Teknikanalisis data yang digunakandalampenelitianiniadalahdeskriptifkuantitatif. Hasilanalisis data jugamenemukanbahwagambarmaupunbahasa yang adapadakomikJepang lebihmudahdipahamiatau di cernadibandingkomik yang berasaldariAmerika. Hal inisesuaidenganperkembangankognitifanak-anak yang sedangpadamasatransisidarikonkritoperasionalke formal operasional (Feldman, 1999).Padamasainianakanaksudahmampuberfikirsecaraabstrak, formal danlogis.Padasaatinianakmulaiberfikirtanpamengobservasilingkungandalamwaktu lama namunmasihmenggunakanteknik-teknik yang logisdalampenyelesaianmasalah. Hasilpenelitianjugamenemukanbahwatopikcerita yang adapadakomikJepangsangatbervariasi.Misalnya: tentangolah raga, percintaan, persahabatan, danlainlain. Penelitianinijugamenemukanbahwacerita yang dimuat di komikJepanghampirsamadengandongengataucerita yang ada di Indonesia. Misalnyaadatokoh-tokohjahat (BawangMerah, Malinkundang, dan lain-lain), adatokoh-tokoh yang baik (bawangputih, cinderela, dan lain-lain).PadapenelitianiniditemukanjugabahwahargasewamaupunhargabelikomikJepangternyatalebihmurahdibandingdengankomikAmerika. PerilakusiswamembacakomikJepangdimotivasiolehkeinginanuntukmemenuhikebutuhan social ataukebutuhanuntukditerimaolehteman-temannyaterutamapeer groupnya, kebutuhanegoistikataukebutuhanuntukmendapatkanpenghargaan, kebutuhanaktualisasidirisertakebutuhanakan rasa amandariteman-temannya. Value lebih yang dimilikiolehkomikJepangadalahgambarmaupunbahasa yang disajikanmudah di cerna. Topik yang ditawarkanlebihbervariasidantidakjauhberbedadengandogengataupuncerita yang ada di Indonesia.Selainitu, topik yang ditawarkansesuaidenganperkembanganjiwa segment pasarnyadantidakadamuatanpolitis.Value yang cerita yang ditawarkanlebihrealistisataumenyentuhkehidupanseharihari, hargabelimaupunongkospinjamlebihmurah. Value yang lebihdarikomikJepangmendorongdanmemotivasikonsumenuntukmembelidanmembacakomikJepang. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R dan Flint, J. 2001.http: www.soc.surrey.ac.uk/sru/SRU33.html Armando, A., darojah, S. danSugianti, R. 1997.KomikNasional, Bangkit, MatiLagi. Kalausajakorandan majalahmemberitempat, kelemahankomiknasional: cerita. Republika.24 Agustus 1997, hal. 3. Bonneff, N. 1998.KomikIndonesia. Jakarta: KepustakaanPopulerGramedia. Feldman, R. S. 1999. Understanding Psychology.Fifth Edition. Toronto: McGraw-Hill College. Hadi, S. 2001. MetodologiRiset. Jilid 1 dan 2. Yogyakarta: Andi Offset. Hidayat, R. S. 1998. Mempertanyakankomik (di) Indonesia.Kompas.5 Pebruari 1998, hal. 19. Hurlock, E.B. 1992. PsikologiPerkembangan. SuatuPendekatanSepanjangRentangkehidupan.EdisiKelima. Jakarta: Erlangga. Imai, M. 1996. KAIZEN (KunciSuksesJepangDalamPersaingan). Jakarta: PT PustakaBinamanPressindo. Izawa, E. 1998. (Via Internet) Johansson, J.K danNonaka, I. 1998.Cara PemasaranAlaJepang. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN DI AJB BUMI PUTERA 1912 CABANG SIDOARJO

YUSTINA NGATILAH, C.INDRI PARWATI http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/550 ABSTRAK Kepuasan pelanggan adalah sangat penting untuk dipertimbangkan oleh setiap perusahaan, baik jasa dan produksi, sehingga pelanggan tidak beralih ke pesaing, dan kepuasan pelanggan selalu berubah sesuai dengan zaman atau era pembangunan manusia. Dalam hal ini kepuasan pelanggan yang berubah, kita perlu program peningkatan kualitas. Penelitian ini menggunakan metode ROQ (Retrun On Quality), yaitu, metode yang digunakan untuk pengambilan keputusan akan meningkatkan kualitas program yang diusulkan, dapat diterapkan atau tidak. ROQ sangat dipengaruhi oleh jumlah kepuasan pelanggan, retensi pelanggan dan biaya program yang diusulkan peningkatan kualitas. Program yang diusulkan menggunakan IP grafik pemetaan untuk menentukan peningkatan kualitas. Dari hasil, menunjukkan peningkatan kepuasan pelanggan dan retensi pelanggan yang masing-masing adalah 80,41% menjadi 81.22% dan 24,56% sampai 28,56%, yang mencapai panggung. Proposal ini layak untuk program peningkatan kualitas terbaik. Dengan menggunakan pertumbuhan data pasar, data pangsa pasar, keuntungan rata-rata agen dan tingkat bunga pada horizon perencanaan, maka perhitungannya dapat dilakukan ROQ. Perhitungan ROQ yang membutuhkan perhitungan NPV, NPV0, NPVAS yang dilakukan sebagai horizon perencanaan 5 periode berikutnya. Dari hasil perhitungan, diperoleh NPV Rp.152.636.602.289, 00; NPV0 untuk Rp.145.407.658.197, 00, dan NPVAS dari Rp.3.573.189.670, 00; sehingga nilai ROQ adalah 2,0231. Hasilnya diperoleh bahwa usulan tersebut adalah kualitas program perbaikan yang layak untuk diimplementasikan, sampai tingkat mencapai 46,457%. Kata kunci:return on quality, NPV (net present value) Kepuasan pelanggan adalah hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan karena jika pelangganmerasa tidak puas dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut maka pelanggan tersebut akan beralih keperusahaan lain (Garperz, 2002).Kualitas dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang diberikan oleh pesaing-pesaingnya seperti Sinarmas assurance dan Bumi Asih assurance yang keduanya terletak di Sidoarjo, sehingga terlihat persaingan bisnis asuransi yang sangat menonjol. Kualitas yang diberikan masing-masing perusahaan tersebut dapat dikatakan hampir sama karena ketiga asuransi tersebut bergerak di bidang yang sama (bisnis asuransi jiwa). Pengukuran kualitas di AJB Bumi putera 1912 selama ini sebatas memberikan kepuasan terhadap konsumennya tanpa memperhatikan loyalitas pelanggan (retention). Karena lebih penting pelanggan yang loyal dari pada pelanggan yang puas, sehingga demi memberikan layanan yang mampu membuat pelanggan menjadi loyal, maka perlu diketahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen dalam memenuhi kebutuhannya (kepuasan konsumen), yaitu dengan memetakan performansi dan kepentingan variabel-variebel yang sangat berpengaruh terhadap kualitas layanan di AJB Bumi putera 1912. Dengan demikian dapat diketahui program peningkatan kualitas dari variabel yang dianggap kurang baik olah pelanggan, yang secara tidak langsung berpengaruh pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelayakan investasi perbaikan kualitas pelayanan berdasarkan tingkat kepuasan konsumen,tingkat retensi pelanggan serta nilai ROQ. Pada penelitian ini terurai langkah-langkah pengerjaan adalah sebagai berikut: Tahap awal memulai penelitian ini adalah mengindetifikasi gejala permasalahan yang muncul/terlihat di perusahaan, selanjutnya merumuskan masalahnya. Dari rumusan masalah selanjutnya ditetapkan tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan tersebut ditentukan variabel yang berpengaruh. Hasil dari pembahasan perhitungan NPV, NPV0, NPVAS dan ROQ ditentukan bahwa hasil NPV adalah 152636602289, hasil NPVO adalah 145407658197, hasil NPVAS adalah 3573189679 sehingga dapat menentukan hasil ROQ, Nilai ROQ adalah sebesar 2,0231 yaitu lebih besar dari 1, sehingga menurut teori analisa ROQ usulan program perbaikan kualitas tersebut layak untuk diimplementasikan. Investasi perbaikan kualitas pelayanan layak diimplementasikan karena dengan investasi tersebut terjadi peningkatan nilai kepuasan dari 80,41% menjadi 81,22%, peningkatan nilai retensi pelanggan dari 24,56% menjadi 28,56%.Kelayakan investasi ini ditandai oleh nilai Return On Quality(ROQ) sebesar 2,0231 (yang lebih besar dari 1) pada tingkat suku bunga maksimal 46,457%. DAFTAR PUSTAKA Darmawan, B, 2000. Pengaruh Service Quality Perception terhadap Purchase Intention (Studi Empiris pada Konsumen Supermarket Pasaraya Sri Ratu Madiun). Surabaya. ITS http://mmt.its.ac.id/library/wp-content/uploads/2008/12/microsoft-word-3-budhi-darmawan.pdf Gasperz, V., 2002. Menejemen Kualitas dalam Industri Jasa. Jakarta. Gramedia pustaka utama. Hartono, SR. 1995. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.Jakarta. Sinar grafika offset. Kotler, P., 1996. Manajemen Pemasaran (Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 1). Jakarta. Prenhalindo. Kotler, P., 1999. Manajemen Pemasaran (Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2). Jakarta. Prenhalindo. Kristanti, E., 2007. Peningkatan Kualitas Jasa Perhotelan Dengan Metode Return on Quality (Studi Kasus: Hotel Bali, Surabaya). Surabaya. ITS. www.ie.its.ac.id/downloads/abstrak/TA_776_Elsav.doc Kurniawan, A., 2007. Analisa Loyalitas Pelanggan dan Perbaikan Proses Bisnis dengan Menggunakan Metode Return on Quality. Surabaya. ITS. www.ie.its.ac.id/downloads/abstrak/TA_746_ALDY.doc Parasuranman A., dkk. 1990. Delivering Quality Service: Balancing Customer Perception and Expectation. London. Collier McMillan. Roland T.R., 1995. Return on Quality (ROQ): Making Service Quality Financially Accountable. http://www.rhsmith.umd.edu/Marketing/pdfs_docs/Article%20Rust%20JM%200495.pdf Rumintang, A., 2001. Strategi Penjualan Perumahan Sederhana (Studi Kasus: Perumahan Pejaya Anugrah Taman Sidoarjo). Surabaya. ITS Syakira, 2009. Unsur Kepuasan Pasien. http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/unsur-kepuasan-pasien.html Tjiptono F., 1996. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi. Tjiptono F., 2000. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Minimalisasi Kekurangan Material melalui Implementasi Quality Control Circle

Salah satu permasalahan di departemen fabrikasi dengan terjadinya kekurangan material pada saat produksi yang menyebabkan permintaan material tambahan Salah satu langkah yang diambil untuk mengatasi hal tersebut dengan meningkatkan sistem manajemen kualitas (Total Quality Management (TQM)) yang lebih baik. Keberadaan TQM adalah untuk memperkenalkan inti pokok dan philosofi utama yang lebih luas dari manajemen mutu, dimana Quality Control Circle (QCC) sebagai salah satu mekanisme pelaksanaannya . Quality Control Circle atau Gugus Kendali Mutu adalah ketepatan yang digunakan dan metode yang diterapkan untuk menghindari ketidaksempurnaan dalam layanan daripada verifikasi dan eliminasi. Oleh karena itu sikap karyawan mempengaruhi kualitas. Hal ini mendorong partisipasi karyawan serta mem-promosikan kerja sama tim. Jadi memotivasi orang untuk berkontribusi terhadap efektivitas organisasi melalui proses kelompok. Total Quality Manageme merupakan suatu strategi untuk mengimplementasikan dan mengelola akti-vitas perbaikan kualitas pada sebuah organisasi. TQM meliputi konsep dan ide yang luas, melibatkan partisipasi dari seluruh anggota organisasi dan budaya kerja, fokus terhadap konsumen, perbaikan kualitas, integrasi sistem dengan tujuan yang ingin dicapai, dan aktivitas-aktivitas lain dalam suatu organisasi yang difokuskan pada tujuan perbaikan kualitas. Sedangkan gugus Kendali Mutu (GKM) merupakan suatu kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang yang bekerja secara bersama-sama sebagai pelopor dalam menjaga dan melakukan perbaikan secara terus-menerus terha-dap kualitas produk, jasa, dan pekerjaannya (Nitta [9]). Menurut Summers, QCC bisa juga didefinisikan sebagai peningkatan kualitas atau perbaikan diri kelompok belajar terdiri dari sejumlah kecil karyawan, biasanya 10 atau kurang dan pengawas. Filosofi GKM telah diadaptasi dan dimodifikasi Salah satu cara yang diterapkan untuk meminimalkan kekurangan material adalah dengan Problem Solving Quality Control (QC) Story adalah metode yang digunakan untuk melakukan peme-cahan masalah dalam tim QCC serta mengorganisir informasi yang akan disajikan dalam laporan tentang hasil yang didapat dari upaya perbaikan kualitas atau kinerja. Metode Plan-Do-Check-Act (P-D-C-A) merupakan sebuah model yang digunakan sebagai panduan untuk melakukan perbaikan. Metode QC Story dapat dipadukan penggunaannya dengan metode P-D-C-A sebagai langkah-langkah dalam melakukan problem solving. Penerapan QCC dalam sebuah per-usahaan memerlukan alat bantu dan teknik dalam melakukan pemecahan masalah. Langkah selanjutnya untuk meminimalkan kekurangan material adalah dengan metode PDCA itu sendiri , langakah langakah yang harus di tempuh adalah pembentukan QCC , Pengembangan aktifitas QCC dan Implementasi QCC. Preses implementasi kemudian di jabarkan dengan siklus PDCA ( plan , do , check , action ) .Plan adalah menentuan topik masalah ditetapkan melalui diskusi dan menghasilkan tiga alternatif permasa-lahan yang akan dibahas yang dilanjutkan menen-tukan permasalahan yang akan dibahas terlebih dahulu sebagai pilot project. Proses pemilihan topik permasalahan dilakukan dengan prioritization matrices dan Nominal Group Technique (NGT). Setelah kita mengetahui topic permasalahan yang terjadi , langkah selanjutnya adalah pencarian penyebab permalahan atau di sebut dengan “do” salah satu acra yang dapat di lakukan unutk mencara permasalahan adalah dengan diagram siirp ikan ( fish bone diagram ) . dalah fishbone diagram ini di bahas beberapa kemungkinan penyebab terjadinya masalah , proses pencarian ini dilakukan dalah berbagai segi di antara nya dari segi man ,machine , method , money , tools dan meansure. Jika sudah diketahui penyebab terjadinya masalah langkah selanjutnya adalah “check” proses check adalah Analisis perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah perbaikan , Setelah berbagai solusi diimplementasikan untuk meminimalkan jumlah kekurangan material selama proses produksi, maka tim mulai melakukan peme-riksaan terhadap hasil yang diperoleh dari pilot project ini. Hasil rekap kekurangan material dari ketiga material setelah dilakukan implementasi solusi oleh tim QCC. Solusi perbaikan yang telah diimplementasikan perlu distandarkan agar kondisi perbaikan yang telah dicapai dapat terus dipertahankan. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga hasil meliputi: (1) Penambahan prosedur kerja, yang terdiri dari penambahan prosedur pemberian identitas pada kotak sesuai dengan material yang diletakkan pada kotak tersebut dan prosedur pembersihan lokasi kerja dan mesin serta (2) Mengadakan inspeksi mendadak secara berkala ke lantai produksi tipe 8340 dimana waktunya secara berkala berdasarkan kesepakatan anggota tim QCC. Setelah semua siklus PDCA maka selanjutnya di lakukan adalah dengan evaluasi implementasi kinerja QCC untuk mnegetahui sejauh keefektifan cara yang baru saja di lakukan . Daftar Pustaka 1. Asim, M., Adopting Quality Management Concepts in Public Service Reform, Labour and Management in Development Journal, 2(6), 2001, Asia Pasific Press. 2. Besterfield, D. H., Besterfield, C., Besterfield, G. H., and Besterfield, M., Total Quality Management, 3rd ed. New York: Pearson Education Inc, 2003. 3. Gaikwad, V. V., and Gaikwad, A. V., Quality Circle as an Effective Management Tool : A Case Study of Indira College of Engineering and Management Library, Proceeding of Interna-tional Conference on Academic Libraries (ICAL-2009), New Delhi, India 4. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., and Donnelly, J. H., Organizations: Behavior, Structure, Processes 10th ed. McGraw Hill, 2000. 5. Hu, T. C., Quality Improvement: Reducing Real - Time Inventory Errors through Quality Control Circles, African Journal of Business Manage-ment, 5(26), 2011, pp. 10657-10666. 6. Katakura, M., and Toriumi, K., The QC Problem Solving Approach: Text of QC methods, Paper presented at Program for Quality Management Promotion hold by The Association for Overseas Technical Scholarship, Japan, 2010. 7. Liu, S. C., Wu, H. H., and Chen, H. K., Improving Organizational Performance by a Quality Con-trol Circle: A Case of Medication Improvement Team at a Hospital in Taiwan, Information Technology Journal, 9, 2010, pp. 692-697. 8. Nayatani, Y., Eiga, T., Futami, R., and Miyagawa, H., The Seven New QC Tools: Practical Applications for Managers, J. H. Loftus, Trans. Japan: JUSE Press Ltd, 2010. 9. Nitta, T., Basic for Promoting QC Circle Activities. Presented at Program for Quality Management Promotion Hold by the Association for Overseas Technical Scholarship, Japan, 2010. 10. Robson, M., Gugus Kendali Mutu, Alex Sindoro, Trans. Jakarta: Binarupa Aksara, 1993.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

meminimalkan kekurangan material melalui implementasi Quality control

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

mengenal lebih dekat dengan Teknik Pertambangan

             

  Menurut Mc. Kinstry H.E :Teknik Eksplorasi Tambang merupakan Suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan urutan pekerjaan mulai dari pencarian suatu prospek (reconnaissance) sampai evaluasi dari prospek tersebut dan memperluas lokasi lain di sekitar daerah yang telah dilakukan kegiatan penambangan. Menurut Alan M. Bateman :

             

  Teknik Eksplorasi Tambang merupakan suatu kegiatan yang bertujuan akhirnya adalah penemuan geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Eksplorasi yang tidak memasukkan pekerjaan prospeksi dikemukakan oleh Peel dan W.C. Petters: Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan bahan galian tersebut ditemukan dan bertujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk kedudukan, sifat dan nilai dari ekonomi bahan galian tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin komplek maka berbagai cara pun di tempuh untuk salah satu dengan ekplorasi bahan tambang yang telah di sediakan oleh alam , dalam ekplorasi ini ada beberapa tahapan yaitu :studi literature , survey dan pemetaan , tahap ekplorasi detail , perencanaan tambang , persiapan kontruksi dan penambangan .

                Dengan tahapan proses ekplorasi ini di harapakan saat kita menambang adalah sesuia dengan undang undang yang berlaku di Indonesia. Guna mengatur sistem pertambangan khususnya yang ada di Indonesia , maka di buatlah peraturan menteri no 7 tahun 2012 . Tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral (“Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral”) adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 96 dan Pasal 111 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba”). Dengan begitu kompleksnya tentang pertambangan dan hausnya ilmu akan pertambangan maka menteri pendidikan membuka suatu mata sekolah yang khusus berkonsentrasi dengan pertambangan , mata pelajaran teknik pertambangan .

                 Teknik Pertambangan adalah ilmu yang mempelajari kegiatan mengambil mineral yang bernilai eko-nomi yang terkandung di dalam bumi; seperti Emas, Intan, dan Batu Bara.Jurusan teknik pertambangan ini mirip dengan geologi, hanya saja lebih difokuskan pada yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Jurusan teknik pertambangan mempelajari ilmu Geologi, Kimia, Fisika. Geologi tentu saja harus kita kuasai sebab kita akan berususan dengan bumi. Kita harus tahu bagaimana sifat-sifat bumi dan jenis-jenis batuan beserta sifatnya. Lalu kita juga harus mempelajari ilmu kimia karena pada dasarnya komponen dari barang tambang memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda. Dari analisis kimia kita bisa menentukan jenis bebatuan yang ada. Kemudian Fisika, kita perlu mempelajari ilmu ini karena ilmu inilah yang akan membantu kita pada proses pertambangan, misalnya bagaimana kita menentukan kemiringan lereng pada tambang terbuka agar tidak terjadi longsor. Selain mempelajari hal teknis, kita juga mempelajari ekonomi tambang beserta analisis investasinya dan ditambah mempelajari ilmu menejemen. Kita juga didukung dengan praktikum yang menarik seperti praktikum peledakan (karena ada mata kuliah peledakan), dll. Kita juga diajari menggunakan software pemodelan tambang 3D.Prospek Kerja Seorang sarjana teknik pertambangan dibutuhkan dalam perusahaan pertambangan, baik perusahaan pertambangan nasional, internasional, maupun multinasional, seperti PT. Newmont Nusa Tenggara dan PT. Freeport Indonesia.


 sumber:
 http://www.jurusankuliah.net/2013/08/jurusan-teknik-pertambangan.html http://ilmugeologitambang.com/teknik-eksplorasi-tambang.html http://sintaloh.blogspot.com/2014/02/metoda-prospeksi-eksplorasi-tambang.html http://www.hukumpertambangan.com/ http://aceh.tribunnews.com/2014/01/28/pertambangan-ramah-lingkungan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Teknik eksplorasi bahan Tambang

Menurut Mc. Kinstry H.E :Teknik Eksplorasi Tambang merupakan Suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan urutan pekerjaan mulai dari pencarian suatu prospek (reconnaissance) sampai evaluasi dari prospek tersebut dan memperluas lokasi lain di sekitar daerah yang telah dilakukan kegiatan penambangan. Menurut Alan M. Bateman :Teknik Eksplorasi Tambang merupakan suatu kegiatan yang bertujuan akhirnya adalah penemuan geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Eksplorasi yang tidak memasukkan pekerjaan prospeksi dikemukakan oleh Peel dan W.C. Petters: Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan bahan galian tersebut ditemukan dan bertujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk kedudukan, sifat dan nilai dari ekonomi bahan galian tersebut. Menurut UU no. 11 tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan (pada bab II mengenai Penggolongan dan Pelaksanaan penguasaan Bahan galian) dibagi menjadi 3 Yaitu ;Golongan Bahan galian strategis (A), Vital (B), Tidak masuk Golongan A dan B. penggolongan ini didasarkan pada pentingnya bahan galian tersebut bagi negara. Peraturan Pemerintah No. 27 th 1980, penggolongan ini didasarkan pada : – Nilai strategis / ekonomis bahan galian terhadap negara, – Terdapatnya Bahan Galian Dalam alam (genesa), – Penggunaan bahan galian Terhadap industri, – Pengaruh terhadap kehidupan rakyat banyak, – Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan, – Penyebaran pembangunan di daerah. Penggolongan ini dibagi menjadi 3 yaitu : a. Golongan Bahan Galian strategis (A) : Minyak bumi, lilin bumi, bitumen, gas alam. Bitumen padat , aspal, antrasit, batubara, uranium, rhadium,nikelt, kobalt, timah. b. Golongan Bahan Galian Vital (B) ; Besi, mangan, bauksit ,tembaga, emas, platina, perak, arsen, antimon, bismut, yurium, kriolit,barit, yodium, brom,belerang. c. Golongan Bahan Galian Tidak A dan B : Nitrat, asbes, talk, mika, grafit, yarosit, leusit , tawas, oker, batu permata, kaolin, kwarsa Klasifikasi endapan bahan Galian : diperlukan untuk menentukan perhitungan cadangan, klasifikasi ini menyangkut homogenitas endapan, penyebaran kadar dan bentuk geometrinya, dikategorikan menjadi : 1. Endapan Bahan Galian A / Simplex Geometri : Ekonomi bahan galian dengan koefisien variaasi yang rendah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu ; - Simple Geometri – Simple grade Distribution (End. Batubara, besi, bauksit, nikel, tembaga), – Simple Geometri – Complex Grade Distribution (Tembaga disseminated, emas stockwork). 2. Endapan Bahan Galian B (Complex Geometri – Simple Grade distribution) : Endapan Bahan Galian dengan koefisien variasi rendah, misal ; endapan logam dasar, Ciri – cirinya : – Kadar homogen, – faktor geometri kompleks, – kadar pada batas endapan sangat bervariasi, – analisis variografi perlu dilakukan lebih rinci, sebelum dilanjutkan dgn perhitungan – perhitungan secara geostatik. – Cadangan hasil perhitungan umumnya memberikan hasil yang berbeda setelah ditambang. – interprestasi geologi sangat penting dalam penentuan batas cadangan. – kadar yang tinggi perlu dikelola sendiri. 3. Endapan Bahan Galian C (Complex Geometri – Complex grade Distribution ) : Endapan Bahan Galian dgn koefisien variasi Tinggi. Ciri – cirinya : – Bentuk geometri komplek, – Kadar pada batas endapan sangat bervariasi, – kadar pada tubuh bijihnya sendiri juga sangat bervariasi, – Pengambilan contoh dan interprestasi geologi merupakan hal yang sangat penting. – asumsi – asumsi subjektif dari geolog memegang peranan yang sangat penting, – Umumnya metode perhitungan cadangan bijih klasik merupakan metode yang tepat. – Mining faktor biasanya tidak memuaskan. – Estimasi lokal umumnya merupakan persoalan, hal ini tergantung dari grid pengambilan contoh. Tahapan Pekerjaan Eksplorasi : 1. Tahap persiapan : Meliputi : a. Penentuan Tujuan yang perlu dicantumkan : – Eksploprasi pendahuluan/detil, – ekonomi bahan galian atau endapan Bijih. b. Meneliti literatur, meliputi : – Pendataan citra yang tersedia, peta dasar, peta geologi, peta topografi, foto udara, – analisis regional dalam bentuk sejarah, strukturdan morfologi. – laporan Penyelidikan terdahulu, teori dan metoda – metoda lapangan yang ada, – sosial budaya, – hukum. c. Pemilihan metode : metode langsung dan tidak langsung: langsung ; – permukaan : pemetaan langsung, penyelidikan singkapan, penjajakan float, pembuatan parit uji, pembuatan sumur uji, – Bawah tanah : Pemboran inti, adith test tidak langsung : – foto udara dan citra satelit, geofisika, geokimia d. Peralatan : pemilihan alat tergantung pd metode yang digunakan. e. Anggota tim: Geologis, eksploler. f. Biaya. g. Waktu (kapan, dimana, bagaiman dll) h. perbekalan : Peta dasar, alat ukur , surveying, alat tulus. i. Jalur eksplorasi. j. Perijinan. Sumber: http://ilmugeologitambang.com/teknik-eksplorasi-tambang.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Mengenal lebih dekat dengan teknik pertambangan

Teknik Pertambangan adalah ilmu yang mempelajari kegiatan mengambil mineral yang bernilai eko-nomi yang terkandung di dalam bumi; seperti Emas, Intan, dan Batu Bara.Jurusan teknik pertambangan ini mirip dengan geologi, hanya saja lebih difokuskan pada yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Nama-nya juga teknik pertambangan, jadi intinya kita belajar bagaimana cara menambang. Hal ini dimulai dari bagai-mana kita mencari sumber-sumber barang tambang, menentukan lokasi, menentukan tingkat ekonomisnya (jumlah barang tambang yang ada di lokasi tersebut apakah cukup banyak untuk menghasilkan keuntungan ketika ditambang), dan kemudian menentukan teknik yang terbaik untuk menambang barang tambang tersebut. Jurusan teknik pertambangan mempelajari ilmu Geologi, Kimia, Fisika. Geologi tentu saja harus kita kuasai sebab kita akan berususan dengan bumi. Kita harus tahu bagaimana sifat-sifat bumi dan jenis-jenis batuan beserta sifatnya. Lalu kita juga harus mempelajari ilmu kimia karena pada dasarnya komponen dari barang tambang memiliki kandungan kimia yang berbeda-beda. Dari analisis kimia kita bisa menentukan jenis bebatuan yang ada. Kemudian Fisika, kita perlu mempelajari ilmu ini karena ilmu inilah yang akan membantu kita pada proses pertambangan, misalnya bagaimana kita menentukan kemiringan lereng pada tambang terbuka agar tidak terjadi longsor. Namun ketiga ilmu ini tidak berdiri sendiri-sendiri, namun saling bekerjasama. Contoh sederhana: dari sample batuan yang diambil kita bisa menentukan batuan tersebut termasuk dalam batuan apa dari analisis kandungan kimianya, dengan ilmu geologi, kita bisa mengetahui sifat batuan tersebut, misalkan batuan tersebut mudah pecah sehingga mudah longsor. Dengan kemampuan Fisika yang kita miliki, kita bisa menghitung besar sudut lereng agar batuan tersebut tidak longsor ketika ditambang.Jurusan ini juga tidak membutuhkan matematika, fisika, maupun kimia tinggi. Perhitungan dalam ilmu pertambangan bahkan bisa diselesaikan dengan kalkulator „tukang sayur‟. Yang paling banyak dibutuhkan di jurusan ini adalah logika. Sedangkan untuk materi kuliah di jurusan ini hampir semuanya baru seperti peralatan tambang, mekanika batuan, analisis investasi tambang, dll. banyak hal baru yang kita pelajari seperti mempelajari truck tambang yang ukuruan diameter ban-nya bisa mencapai 3m dan juga mempelajari alat gali tanah berjenis BWE dengan berat mencapai 14.000 ton. Selain mempelajari hal teknis, kita juga mempelajari ekonomi tambang beserta analisis investasinya dan ditambah mempelajari ilmu menejemen. Kita juga didukung dengan praktikum yang menarik seperti praktikum peledakan (karena ada mata kuliah peledakan), dll. Kita juga diajari menggunakan software pemodelan tambang 3D.Prospek Kerja Seorang sarjana teknik pertambangan dibutuhkan dalam perusahaan pertambangan, baik perusahaan pertambangan nasional, internasional, maupun multinasional, seperti PT. Newmont Nusa Tenggara dan PT. Freeport Indonesia. Sumber: http://www.jurusankuliah.net/2013/08/jurusan-teknik-pertambangan.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Prospeksi Eksplorasi Tambang Dan Faktor-Faktor Dalam Pemilihan System Penambangan

Eksplorasi Merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian Pertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan galian sampai dengan pemasaran bahan galian. secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan, dan Pemasaran. Tahapan Eksplorasi Tahapan-tahapan eksplorasi secara umum ada dua, yaitu eksplorasi awal atau pendahuluan dan eksplorasi detil. Penjelasan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut. Tahap Eksplorasi Pendahuluan Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: Studi Literatur Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologiregional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan. Survei Dan Pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan). Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll). Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya. Tahap Eksplorasi Detail Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. 3. Perencanaan Tambang Perencanaan tambang akan dilakukan apabila sudah ditemukan adanya cadangan bahan galian yang sudah layak untuk ditambang, dengan tingkat cadangan terukur. Seperti kita ketahui bahwa cadangan itu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu pertama, cadangan terukur merupakan cadangan dengan tingkat kesalahan maksimal 20% dan pada cadangan teukur ini telah dilakukan pengeboran untuk pengambilan sampel.Kedua, cadangan terindikasi, merupakan cadangan dengan bahan galian dengan tingkat kesalahan 40% dan belum ada dilakukan pengeboran. Ketiga, cadangan tereka, merupakan cadangan dengan tingkat kesalahan 80% dan belum dilakukan pengeboran. Apabila tahap telah sampai pada tahap perencanaan tambang. Berarti cadangan bahan galiannya telah sampai pada tingkat cadangan terukur. Perencanaan tambang dilakukan untuk merencanakan secara teknis, ekonomi dan lingkungan kegiatan penambangan, agar dalam pelaksanaan kegiatannya dapat dapat dilakukan dengan baik, aman terhadap lingkungan. 4.Persiapan/Konstruksi Persiapan/konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan fasilitas penambangan sebelum operasi penambangan dilakukan. Pekerjaan tersebut seperti pembuatan akses jalan tambang, pelabuhan, perkantoran, bengkel, mes karyawan, fasilitas komunikasi dan pembangkit listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas pengolahan bahan galian. 5. Penambangan Penambangan bahan galian dibagi atas tiga bagian yaitu tambang terbuka, tambang bawah tanah dan tambang bawah air. Tambang terbuka dikelompokan atas quarry strip mine, open cut, tambang alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah tanah dikelompokkan atas room and pillar, longwall, caving, open stope, supported stope, dan shrinkage. System penambangan dengan menggunakan kapal keruk dapat dikelompokkan menjadi tambang bawah air, walaupun relative dangkal. Metoda tambang terbuka Open Mining atau tambang terbuka secara umum didefinisikan sebagai kegiatan penambangan bahan galian yag berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat tahapan umum dalam kegiatan penambangan terbuka yaitu pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk dan menyimpannya di tempat tertentu, pembongkaran dan penggalian tanah penutup (overburden) dengan menggunakan bahan peledak ataupun tanpa bahan peledak dan memindahkannya ke disposal area, penggalian bahan galian atau eksploitasi, dan membawanya ke stockpile untuk diolah dan dipasarkan serta melakukan reklamasi lahan bekas penambangan (pembahasan selanjutnya). Tambang Bawah Tanah Tambang bawah tanah secara umum didefinisikan sebagai tambang yang tidak berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat beberapa tahapan dalam tambang bawah tanah yaitu, pembuatan jalan utama (main road), pemasangan penyangga (supported), pembuatan lubang maju untuk produksi, ventilasi, drainase, dan fasilitas tambang bawah tanah lainnya. Setelah itu melakukan operasional penambangan bawah tanah dengan atau tanpa bahan peledak dan kemudian membawa bahan galian ke stock pile untuk diolah dan dipasarkan. Tambang bawah air Tambang bawah air ialah metode penambangan di bawah air yang dilakukan untuk endapan bahan galian alluvial, marine dangkal dan marine dalam. Pralatan utama penambangan bawah air ini ialah kapal keruk. Secara umum, penambangan adalah kegiatan penggalian terhadap bahan tambang yang kemudian untuk dilakukan pengolahan dan pemasaran. Pada tahap ini kegiatannya terdiri dari pembongkaran/penggalian, pemuatan ke dalam alat angkut, dan pengankutan ke fasilitas pengolahan maupun langsung dipasarkan apabila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. 6. Pengolahan Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya pengotor bersama bahan galian, perlu spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah maka harga jualnya relative lebih rendah jika dibandingka dengan yang sudah diolah, dan bahan galian perlu diolah agar dapat mengurangi volume dan ongkos angkut, mningkatkan nilai tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa-senyawa kimia yang tidak dikehendaki pabrik peleburan. Cara Pengolahan bahan galian secara garis besar dapat dibagi atas pengolahan secara fisika, secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, dan pengolahan secra fisika dan kimia dengan ekstraksi metal. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah pengolahan bahan galian dengan cara memberikan perlakuan fisika seperti peremukan, penggerusan, pencucian, pengeringan, dan pembakaran dengan suhu rendah. Contoh yang tergolong pengolahan ini seperti pencucian batu bara. Yang kedua pengolahan secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, yaitu pengolahan dengan cara fisika dan kimia tanpa adanya proses konsentrasi dan ekstraksi metal. Contohnya, pengolahan batu bara skala rendah menggunakan reagen kimia. Ketiga, pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia dengan ekstraksi metal, yaitu pengolahan logam mulia dan logam dasar. 7. Pemasaran Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen. Antara mining company (perusahaan pertambangan) dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang, dan spot ataupun penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar yang penjualan produknya dengan kontrak jangka panjang misalnya lebih dari satu tahun. Sedangkan penjualan spot, yaitu penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja. 8. Reklamasi Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah rusak baik itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi ini dilakukan dengan cara penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan penambangan tersebut. Reklamasi perlu dilakukan karena Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik, kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu Pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu Ekologinya, dan Mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatannya selanjutnya. Sumber: http://sintaloh.blogspot.com/2014/02/metoda-prospeksi-eksplorasi-tambang.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Pengetahuan Hukum Pertambangan dan Permasalahannya di Indonesia

Tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral (“Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral”) adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 96 dan Pasal 111 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba”). Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral, golongan komoditas tambang mineral yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya adalah:mineral logam; mineral bukan logam; atau batuan.Selanjutnya, di dalam Pasal 3 ayat (1) Permen ESDM tentang Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral diatur bahwa peningkatan nilai tambah komoditas tambang dilaksanakan melalui kegiatan Menurut Pasal 113 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”), suatu kegiatan usaha pertambangan yang sedang dilakukan oleh pemegang Ijin Usaha Pertambangan (“IUP”) atau Ijin Usaha Pertambangan Khusus (“IUPK”) dapat diberhentikan sementara, tanpa mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK, apabila terjadi: 1. keadaan kahar; 2. keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan; 3. keadaan dimana kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan/atau batubara yang dilakukan di wilayahnya. Permohonan penghentian suatu kegiatan disampaikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Pihak yang berwenang lalu wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai alasannya atas permohonan penghentian sementara paling lama 30 hari sejak menerima permohonan tersebut. Mengenai penghentian kegiatan usaha pertambangan karena kondisi daya dukung lingkungan, hal ini dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau berdasarkan permohonan masyarakat kepada pihak yang berwenang. Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh pemegang IUP dan IUPK, yakni: a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan pemegang IUP dan IUPK untuk: ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan; keselamatan operasi pertambangan; pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang; upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara; pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan Dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) Bab XIII mengenai Hak dan Kewajiban, Pasal 90,91,dan 92 pemegang IUP dan IUPK, berhak : melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi. memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang telah diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali mineral ikutan radioaktif. Sebagaimana diatur dalam Pasal 93 UU Minerba perlu digaris bawahi bahwa Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain.Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu. Pengalihan kepemilikan dan/atau saham hanya dapat dilakukan dengan syarat Pasal 1 angka 11 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) mengatur bahwa Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan “IUPK”, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (“WIUPK”). Dalam bab XI mengenai Persyaratan Perizinan Usaha Pertambangan Khusus, Pasal 86 UU Minerba mengatur bahwa Badan usaha yang melakukan kegiatan dalam WIUPK wajib memenuhi persyaratan administratif, persyaratan teknis, persyaratan lingkungan dan persyaratan finansial, yang sama dengan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan tipe-tipe Izin Usaha Pertambangan yang lain. Pemerintah berkewajiban mengumumkan rencana kegiatan usaha pertambangan di suatu WIUPK, serta memberikan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi kepada masyarakat secara terbuka. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba”), mengatur lebih lanjut mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh IUPK. Dalam pasal 62 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba, IUPK terdiri atas IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi. - See more at: http://www.hukumpertambangan.com/#sthash.mzvLWWCG.dpuf Sumber: http://www.hukumpertambangan.com/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Pertambangan Ramah lingkungan

SECARA umum Ilmu Teknik Pertambangan merupakan disiplin kerekayasaan yang melibatkan praktik, teori, Ilmu Alam, teknologi dan terapannya dalam usaha mengambil dan memeroses sumber daya alam (SDA) bagi kesejahteraan manusia. Disiplin ilmu pertambangan ini, secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua kegiatan yang berbeda, yakni aktivitas eksplorasi dan aktivitas eksploitasi. Kegiatan eksplorasi berhubungan dengan cara-cara menemukan dan menganalisis kelayakan tambang. Sedangkan aktivitas eksploitasi adalah tahap lanjutan setelah sumber daya pertambangan dinilai layak secara ekonomis dan lingkungan untuk dimanfaatkan. Kegiatan ini meliputi penentuan teknik penggalian, perencanaan, pengolahan dan pengontrolannya. Menurut Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Misalnya dalam Pasal 102 UU Minerba ini yang mengamanatkan bahwa: “Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) wajib meningkatkan nilai tambah sumberdaya mineral dan/atau batubara pelaksanaan penambangan, pengelolaan, dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.”Atau dalam Pasal 103 ayat (1) UU Minerba tersebut juga tertulis bahwa: “Pemegang IUP dan IUPK operasi produksi wajib melakukan pengelolaan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.” Pasal 170 UU yang sama menambahkan bahwa: “Pemegang Kontrak Karya sebagaimana dimaksud Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak undang-undang ini diundangkan.” Sangat dipahami bahwa mengolah bahan-bahan tambang seperti mineral, batubara, dan batuan di dalam negeri akan memberikan nilai tambah bagi percepatan kemajuan bangsa dan negara. Karena dengan adanya industri pengolahan di dalam negeri seperti industri peleburan logam (smelter), industri mineral dan industri pengolahan peningkatan kualitas batubara (upgrading brown coal) akan dapat menciptakan begitu banyak lapangan kerja, objek pajak baru, dan berkurangnya ketergantungan industri di dalam negeri terhadap bahan-bahan impor. Sehingga ketahanan ekonomi nasional secara keseluruhan akan meningkat. Tetapi perlu diwaspadai bahwa pendirian industri-industri itu akan berimplikasi pada lingkungan. Hal ini perlu dipertimbangkan secara matang khususnya bagi Aceh, jangan hanya mengejar target pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) semata dengan mengorbankan lingkungan yang rusak dan mewariskan persoalan bagi anak cucu kita. Sebuah studi pada 2005 di Australia menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 milyar ton gas polutan udara bersumber dari industri-industri pengolahan logam saja. Sehingga, isu peningkatan nilai tambah sektor pertambangan itu dengan secara tidak langsung akan memicu munculnya sumber-sumber pencemar baru. Ditambah pula, data dari Departemen Kehutanan Indonesia 2009 memperlihatkan bahwa luas areal konsesi usaha pertambangan di lahan hutan mencapai 2 juta hektare. Dengan demikian, kawasan hutan yang diharapkan akan mampu meredam laju polusi semakin mengecil. Kebijakan dan fakta tersebut diatas jika tidak diikuti dengan upaya-upaya menyeluruh dari berbagai kalangan termasuk tanggung jawab institusi perguruan tinggi akan berakibat fatal dalam jangka panjang. Bagi Aceh sebagai wilayah yang operasi pertambangan belum berkembang perlu mengantisipasi persoalan ini sedini mungkin. Sehingga sudah saatnya, Aceh perlu mendirikan Program Studi (Prodi) Ilmu Rekayasa Pertambangan yang berbasis ramah lingkungan (green mining). Konstelasi keilmuan yang diharapkan akan terbentuk dalam program studi tersebut adalah penguasaan secara komprehensif berbagai aspek dan teknik kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan masa kini, termasuk implikasi kegiatan-kegiatan pertambangan itu terhadap lingkungan sekitarnya. Pertambangan berbasis ramah lingkungan (green mining) adalah pertambangan yang dengan teknologi dan ilmu rekayasanya dapat menekan sekecil mungkin polusi udara, tanah dan air, dan juga limbah beracun di mana operasi pertambangan itu sendiri, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga para pekerjanya selalu dalam keadaan yang aman. Green mining juga mensyaratkan pertanggungjawaban moral dari pemerintah dan dunia industri, sehingga operasi pertambangan yang aman dan ramah lingkungan dapat tercapai. Pentingnya pengembangan Program Studi Teknik Pertambangan di Aceh dikarenakan masih sedikitnya sumber daya manusia (SDM) putra-putri Aceh untuk mengembangkan industri migas dan mineral di Aceh, sementara ketersediaan mineral dan migas masih sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kemakmuran rakyat. Meskipun saat ini ada beberapa tempat areal pertambangan yang sudah mendapatkan IUP dan WK migas, tetapi sangat jarang ditemukan profesional putra-putri Aceh di bidang pertambangan dan perminyakan bekerja pada perusahaan tersebut. Kita dapat berharap dengan keterlibatan SDM unggul asal Aceh dalam perusahaan-perusahaan tersebut akan memberi kontribusi terhadap kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih ramah lingkungan, karena ikatan emosional yang lebih kuat baik secara geografis, etnis, dan budaya dengan tanah Aceh akan melahirkan kepedulian yang lebih besar untuk selalu menjaga dan memelihara tanah endatu mereka. Sumber : http://aceh.tribunnews.com/2014/01/28/pertambangan-ramah-lingkungan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments